Senin, 02 Juli 2012

PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER DI INDONESIA

Persoalan pendidikan di bangsa ini menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan. Mulai dari biaya sekolah, buku penunjang, sarana dan prasana yang memadai, dan lain sebagainya. Pendidikan merupakan masalah yang urgen untuk dibahas di negeri tercinta ini. Pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif karena pendidikan membangun generasi baru bangsa yang lebih baik. Sebagai alternatif yang bersifat preventif, pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek.
Republik Rakyat Cina (RRC) misalnya. Pengalaman negara ini dalam melakukan pembaruan pendidikan yang dimulai pada awal tahun 1980-an dapat menjadi salah satu bahan pelajaran. Pembaruan pendidikan ini telah menjadi penggerak utama kebangkitan RRC menjadi salah satu negara yang mengutamakan pendidikan. Tema utama reformasi pendidikan di China adalah pendidikan karakter dan tujuan utamanya ” untuk menjadikan setiap warga China menjadi orang yang berkarakter kuat dan menumbuh kembangkan warga masyarakat yang lebih konstruktif “.
Nah, yang menjadi pertanyaan, apakah Indonesia mampu dalam hal ini?. Menjadikan setiap warga negaranya menjadi orang yang berkarakter kuat dan menumbuh kembangkan warga masyarakat yang lebih konstruktif. Kenyataannya tidak terjadi demikian. Alasannya, pendidikan saat ini belum dirasakan oleh setiap lapisan masyarakat Indonesia. Mahalnya biaya pendidikan membuat banyak masyarakat yang tidak mengecap pendidikan bahkan tidak pernah merasakan apa itu sebenarnya pendidikan.
Apa itu pendidikan karakter ?
Apa itu karakter?. Apa pula itu pendidikan karakter?. Seberapa pentingkah pendidikan karakter bagi bangsa kita saat ini? lantas, apa yang harus kita lakukan untuk melaksanakan pendidikan karakter saat ini?.
Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan adalah juga suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Keberlangsungan itu ditandai oleh pewarisan karakter yang telah dimiliki masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan adalah proses pewarisan karakter bangsa bagi generasi muda dan juga proses pengembangan karakter bangsa untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa di masa mendatang. Dalam proses pendidikan karakter bangsa, secara aktif peserta didik mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat.
Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Oleh karena itu, pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter individu seseorang.
Dengan demikian, pendidikan karakter ialah usaha terencana untuk mewariskan watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.
Pendidikan Indonesia dewasa ini lebih mengedepankan aspek keilmuan, kecerdasan dan seringkali mengabaikan pendidikan karakter. Pengetahuan pendidikan moral, nilai-nilai etika dan budi pekerti semakin ditinggalkan. Kecerdasan tanpa dibekali pendidikan moral, nilai-nilai etika dan budi pekerti adalah nol. Hal ini tampaknya berkesinambungan dengan pernyataan Nurjaman (2011) Pendidikan seharusnya mampu menghadirkan generasi yang berkarakter kuat, karena manusia sesungguhnya dapat dididik, dan manusia pada dasarnya adalah animal educandum, yaitu “binatang” yang harus dan dapat dididik.
Keluarga menjadi pihak utama dalam hal pengembangan karakter. Keluarga hendaknya menjadi school of love, sekolah untuk kasih sayang dan tempat belajar yang penuh cinta dan kasih sayang. Sedangkan melalui sekolah, tidak semata-mata untuk pembelajaran pengetahuan saja, tetapi lebih dari itu. Sekolah sebagai penanaman moral, nilai estetika, budi pekerti dan lain sebagainya. Disamping itu, sekolah juga memberikan pelajaran khusus untuk pembentukan karakter, seperti: Agama, Kewarganegaraan dan mata pelajaran lain yang relevan.
Disamping itu tidak kalah pentingnya adalah pendidikan karakter di lingkungan masyarakat. Lingkungan masyarakat juga sangat mempengaruhi terhadap pembentukan karakter dan watak seseorang. Lingkungan masyarakat luas sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan penanaman nilai-nilai etika, estetika untuk pembentukan karakter.
Tingginya angka kenakalan dan kurangnya sikap sopan santun anak didik saat ini, dipandang sebagai akibat dari buruknya sistem pendidikan saat ini. hal itu ditambah lagi dengan masih minimnya perhatian guru terhadap pendidikan dan perkembangan karakter anak didik. Selain itu, perkembangan teknologi internet yang kian marak, bisa berdampak buruk bagi anak didik jika tidak ada upaya efektif untuk menangkalnya.
Untuk itu, pendidikan yang berkarakter harus segera diterapkan dalam kurikulum pendidikan nasional. Selain guru, orang tua juga punya tanggung jawab dan kewajiban untuk menerapkan pendidikan tersebut. Bahkan, orang tua merupakan kunci melindungi anak dari dampak buruk perkembangan teknologi.
Sungguh ironisnya lagi, banyak pendidik dan tenaga kependidikan yang belum berkualitas bahkan banyak yang belum berlatar belakang kependidikan. Apa kata dunia? Mau mengembangkan pendidikan, tetapi pendidik atau tutornya bukan dari kependidikan.
Psikolog dari Fakultas Psikologi UNDIP, frieda menuturkan bahwa ” kelebihan dan kekuatan seseorang jika tak disertai karakter yang baik, akan menjadi kekurangan dan kelemahan yang berdampak dua kali lebih besar daripada kelebihan dan kekuatan orang itu”. Oleh karena itu, pendidikan saat ini dan akan datang, perlu ada sinergi antara hard skills dan soft skills.
Kondisi Karakter Indonesia Saat Ini
Berbicara mengenai kondisi karakter Indonesia saat ini, tidak terlepas dari masalah-masalah yang yang terus menimpa bangsa ini. Masalah yang sedang hangat untuk dibahas adalah masalah korupsi. Walaupun berbagai upaya telah dilakukan untuk memberantas korupsi beberapa tahun terakhir, tetapi tetap saja akar kebiasaan korupsi di Indonesia semakin tertancap kuat dan merajelala.
Di sisi lain, melemahnya rasa keindonesian juga mulai dirasakan. Masyarakat Indonesia mulai kehilangan rasa keindonesiannya. Kaum muda Indonesia contohnya yang semakin menonjolkan kepentingan daerah daripada kepentingan bangsa. Masyarakat Indonesia seperti kehilangan cita-cita bersama, dan bahkan mulai melupakan cita-cita bersama tersebut. Semangat “ke-kami-an’ menguat, dan semangat “ke-kita-an” melemah. Kebanggaan dan kecintaan terhadap tanah air sudah semakin memudar dan menciut.
Dulu, bangsa Indonesia sangat memegang teguh sopan santun. Ironisnya jika saat ini bangsa Indonesia tak berpijak pada nilai-nilai etika dan estetika dalam bertindak atau bahkan tak memiliki karakter yang kuat. Untuk itu, pembinaan pada generasi muda menjadi hal yang urgen dilakukan saat ini. Pendidikan nasional hendaknya mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta jati diri bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Karena itu, sistemnya harus saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan tersebut, termasuk pula upaya serius dari pihak pemangku kebijakan pendidikan nasional.
Hemat penulis, pengembangan pendidikan karakter sangat strategis bagi keberlangsungan dan keunggulan bangsa di masa mendatang. Pengembangan pendidikan karakter harus dilakukan melalui perencanaan yang baik, pendekatan yang sesuai, dan metode belajar serta pembelajaran yang efektif. Sesuai dengan sifat suatu nilai, pendidikan karakter bangsa adalah usaha bersama keluarga, sekolah, lingkungan masyarakat dan pemerintah pastinya. Oleh karenanya harus dilakukan secara bersama oleh semua pihak. Dan pendidikan karakter menjadi bagian yang tak terpisahkan dari jati diri bangsa.***

 
Siapa yang menilai tulisan ini?
KOMENTAR BERDASARKAN :

1 May 2012 05:41:00

Bang Roy, Sebenarnya saya tidak sependapat dengan Anda.
Pendidikan karakter seperti apa sih yang ingin ditargetkan oleh Pengagas dan pencetus ide pendidikan karakter itu sebenarnya dan secara riil???
Bukankah di sekolah dari dulu sampai sekarang selalu mengajarkan budi pekerti, sopan santun, mandiri, daya juang tinggi, prestasi, kejujuran, semangat, patriotisme dan hal-hal baik lainnya???????
Semua yang diinginkan dalam pendidikan karakter itu sudah dilakukan oleh para guru (tentunya guru yang benar-benar guru) bukan guru yang hanya bekerja sebagai guru dan hanya mencari gaji saja Bang……
Masalah Bangsa yang sekarang ini berakhlak bobrok itu kan sebenarnya ulah para pemimpin yang di atas baik pusat maupun daerah……
Coba kalo semua para orang tua memberi contoh baik sikap sehari-hari, tidak merokok, tidak berbohong, tidak cangkru’an di warung, tidak suka ngobrooolllllll di berbagai tempat, tidak korupsi, tidak berkata kotor dan lain sebagainya………..
Tentu anak-anak juga ndak akan ikut-ikutan berakhlak bobrok…… itu masalahnya. Jadi bukan Sekolah yang dijejali dengan berbagai PENDIDIKAN TITIPAN, seperti Pendidikan Karakter, Pendidikan lingkungan, pendidikan lalulintas, pendidikan anti KKN, pendidikan Anti narkoba, pendidikan bla-bla-bla-bla-bla…………………
UDAH lah Bang Roy….. Kita ajak para petinggi, para orang tua, pemuda itu berakhlak baik, bersikap Religius tulen yang bertakwa, takut kepada Tuhan yang Maha Pencipta….. itu saja.
KETELADANAN PARA ORANG TUA itu yang jadi PENDIDIKAN terbaik bagi anak-anaknya.
BUKAN PENDIDIKAN bermuuuuuuacam-muaaaaaaaaaaaaacam.
Setuju Bang Roy…..??? Mari kita Beri Tauladan bagi anak-anak kita…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar